 |
| SARJANA: Faldy Ekal Tappe (kanan) dalam upacara wisuda Universitas Kristen Indonesia Toraja pada 23-24 September 2022 -Foto Nett |
HAIBANJAR.COM, SULAWESI SELATAN - Menggarap skripsi dengan bahasan komik, kenapa tidak? Faldy Ekal Tappe, mahasiswa angkatan 2018 Program Studi Teologi, Fakultas Teologi UKI Toraja, Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan, sudah membuktikannya.
Faldy mendapat gelar Sarjana Teologi dengan skripsi berjudul Eklesiologi Trinitaris One Piece: Telaah terhadap Relasi Kelompok Bajak Laut Topi Jerami dalam Anime One Piece Berdasarkan Pemikiran John D. Zizioulas dalam The One and The Many.
Dalam skripsinya, Faldy menghubungkan cerita perjuangan Monkey D. Luffy dan kawan-kawan mencari harta karun Gol D. Roger dengan bahasan teologis.
"Memang sulit, sih. Karena jelas ini bicara tentang metodologi lagi," kata Faldy saat dihubungi IDN Times pada Selasa (18/10/2022)
Ia menyebut bahwa ini berangkat dari pemikiran teolog asal Yunani tentang hipostasis --saling menopang memperkuat identitas gereja meski terdapat perbedaan-- yang bisa ditemukan dalam manga garapan Eiichiro Oda tersebut.
1. Faldy Ekal Tappe adalah penggemar One Piece sejak masih SD
 |
| TOKOH: Para karakter di serial manga-anime One Piece -Foto Nett |
Pemuda 23 tahun itu ternyata sudah lama mengikuti One Piece sejak SD, ketika anime-nya rutin tayang di salah satu stasiun televisi swasta. "Semakin intens ketika masuk SMP, apalagi saya rajin ke warnet saat itu," cerita Faldy sambil tertawa.
Keberagaman awak Bajak Laut Topi Jerami yang mengarungi Grand Line, bersama kapal Going Merry kemudian Thousand Sunny, disebut sangat cocok dengan topik skripsi yang diangkat.
"Penerimaan terhadap perbedaan itu kental di One Piece, terutama kru kapalnya. Mereka berasal dari suku dan ras berbeda, tapi mereka bisa mengarungi lautan dengan kapten yang sama secara harmonis. Padahal tujuan mereka masing-masing berbeda" kata Faldy.
"Luffy mau jadi raja baja laut, Zoro ingin jadi pendekar terkuat, Sanji ingin menemukan All Blue (tempat bertemunya seluruh lautan, red.), dan lain-lain" sambungnya.
Faldy menyebut sifat 10 awak Thousand Sunny sangat unik, kontras satu sama lain. Tapi mereka tetap solid dalam mengarungi lautan bersama-sama.
2. Berkat teori dan metodologi, para dosen menerima judul skripsi bertema serial populer itu
Bagaimana Faldy meyakinkan dosen pembimbing untuk menerima judul yang diajukan? Lewat proses pengkajian mendalam terlebih dulu, ia mantap mengajukannya saat konsultasi pertama.
"Tentu ada pro dan kontra khususnya di kampus saya. Tapi untuk yakinkan mereka saya menyajikan nilai refleksi yang tidak sembarangan dari sebuah serial," jelas Faldy.
"Kita punya teori dan metodologinya, jadi tidak ada alasan dari dosen pembimbing untuk menerimanya," imbuhnya.
Digarap sekitar enam bulan, Faldy harus menonton dan membaca ulang One Piece sebagai bagian dari penelitiannya. Dan itu semua terbayar pada akhir September silam, saat ia resmi menyandang status Sarjana Teologi.
Skripsinya sendiri mendapat dipuji oleh pihak kampus sebagai sesuatu yang beda dan unik. "Riset di Fakultas Teologi UKI Toraja memang kita arahkan untuk mengkaji teologi modern seperti saat ini. Teologi modern sangat berhubungan dengan pop-culture," ungkap Dr. Johana Tangirerung, Wakil Dekan Fakultas Teologi UKI Toraja, dilansir situs resmi kampus tersebut.
3. Faldy menyebut tak semua dari yang populer itu melulu negatif
 |
| POPULER: Cover skripsi Faldy Ekal Tappe, mahasiswa UKI Toraja, yang mengangkat topik serial manga One Piece |
Seperti banyak fans One Piece lainnya, Faldy mengaku sudah tak sabar untuk melihat akhir petualangan Luffy dkk, meski harus bersabar cukup lama. "Tapi masih ada lima tahun lagi sebelum tamat," katanya, merujuk pada pernyataan Eiichiro Oda pada September 2019 tentang durasi final arc.
Dengan skripsi sarat pop culture, ia berharap ini bisa diikuti oleh para mahasiswa lain. Terlebih membahas hal yang sedang trending dari perspektif beragam studi bisa jadi sebuah keasyikan tersendiri.
"Setiap ilmu tentu bergerak pada zamannya sehingga kita harus menyesuaikan diri. Yang populer belum tentu semuanya negatif dari situ, pasti ada nilai yang baik, yang bisa dikembangkan bagi gereja tentunya," tutup Faldy. (sulsel.idntimes.com/Gun)
