BERPUTAR: Roda kehidupan manusia itu pasti akan selalu berputar - Foto Dok Nett |
SAYA berbisnis Outsourcing kalau dihitung sudah belasan tahun lamanya. Dalam belasan tahun tersebut pernah satu ketika saya berkenalan dengan sesama pebisnis outsourcing yang angkuhnya bukan main.
Bahkan saat saya melakukan penawaran tenaga outsourcing kepada salah satu perusahaan milik Negara yang memiliki cabang usaha di Kalsel, ia pernah berucap sekuaat apa pun saya berusaha tetap saja tidak mungkin saya mendapatkan proyek disana. Hal itu karena di dalam perusahaan Milik Negara tersebut ia memiliki jaringan orang dalam yang sudah sangat kuat. Jadi hampir semua pekerja outsourcing disana adalah berasal dari outsourcing miliknya.
Mendengar perkataan tersebut saya pun kesalnya bukan main. Namun kenyataannya memang betul, tidak ada celah bagi saya mendapatkan proyek disana. Kekesalan saya itu pun saya curhatkan dengan guru spiritual saya, beliau hanya berucap singkat untuk menenangkan “semua ada wayahnya (semua ada masanya)”. Saya pun bingung mendengar perkataan itu dan mengacuhkannya saja kemudian.
Setelah sekian lama saya mendapat kabar dari teman yang lain bahwa teman saya yang angkuh tadi sudah tidak lagi mendapatkan proyek di salah satu perusahaan milik Negara itu. Keluarganya yang merupakan orang penting disana, tiba-tiba dipecat oleh pimpinan karena melakukan kesalahan berat yang merugikan perusahaan. Kabarnya usahanya akhirnya ikut kocar-kacir, karena sebagian besar jasa outsourcingnya ada di perusahaan milik Negara tersebut.
Saya pun lantas mengingat kembali sembari merenung perkataan guru spiritual saya pernah berucap ‘semua ada wayahnya”.
Nah kawan, dari sepenggal pengalaman saya tadi kita bisa mengambil kesimpulan segala nikmat yang diberikan oleh Tuhan pada kita semua pasti ada waktunya. Jadi menurut saya jika kita sedang menikatinya, jangan terlalu jumawa dan menganggap bahwa yang kita sedang nikmati sekarang kekal adanya. Cepat atau lambat semua yang dinikmati tersebut akan diambil lagi olehNya, bahkan dengan cara yang tak terduga oleh kita sebelumnya.
Ketimbang jumawa, akan lebih baik kita mempersiapkan mental ikhlas agar lebih siap saat menghadapi nikmat yang akan diambil olehNya yang bisa sewaktu-waktu dilakukannya. Ini menurut saya penting mengingat banyak sekali kasus orang yang tidak siap saat nikmat itu secara tiba-tiba diambil olehNya. Bahkan yang lebih parah saat mereka tidak dapat menerima, stress dan sakit pun mendera, ujungnya sampai menyebabkan kematian kemudian.
“Semua ada wayahnya” sendiri sebenarnya bukan hanya dapat dikonotasikan yang berkaitan dengan pengambilan nikmat olehNya suatu saat nanti. Ini sebenarnya juga berlaku kepada mereka yang sedang di posisi terpuruk. Jadi saat kita sedang berada dalam posisi terpuruk, yakinlah juga ‘Semua ada wayahnya”. Maksudnya kalau kita tetap konsisten dalam memiliki tekad yang kuat, berdoa dan berusaha untuk memperbaiki nasib. Yakin lah akan datang suatu masa dimana kita juga bisa menikmati nikmat sesuai yang diinginkan.
Saya pun memberikan support ini belum lama tadi kepada salah satu teman yang ingin menjadi seorang pengusaha ditengah keterpurukan ekonomi keluarganya. Saya memberikannya gambaran bahwa ia tidak perlu berkecil hati ditengah keterpurukannya saat ini, asal konsisten memiliki tekad kuat, berdoa dan berusaha. “Semua ada wayahnya” yang pernah disebutkan oleh guru spiritual saya itu bisa saja menghampirinya di suatu waktu tepat.
Jadi kawan, saya ingatlah lagi. Bagi yang sedang diberikan kenikmatan, persiapkan lah diri sebaik mungkin untuk menghadapi nikmat yang akan diambil olehNya suatu saat nanti. Kemudian bagi yang sedang dalam posisi terpuruk, teruslah konsisten dalam tekad, doa dan usaha. Karena “Semua ada wayahya”.